Friday 24 February 2012

Batik Dragon



Mutunya Lebih Bagus Dibanding Batik Luar

Dari semua toko batik yang terdapat di Pasar Perumnas Klender Jakarta Timur, Toko Rifqi dan Toko Batik Sri Keraton paling banyak didatangi pembeli. Maklum, batik yang dijual di kedua toko, dikenal memiliki mutu yang baik, di samping harga yang murah. 
Toko Rifqi mendapat pasokan dagangan dari Yogyakarta. Selain itu dagangan juga dipasok pabrik konveksi milik sendiri.

Sembilan cabang Toko Rifqi tersebar di seantero wilayah Jakarta. Sedangkan Toko Sri Keraton, dua cabangnya semua berada di dalam Pasar Perumnas Klender.
Jika Toko Batik Sri Keraton membidik kelas menengah ke atas, Toko Rifqi memilih pasaran menengah ke bawah. Aneka macam batik di toko ini dijual sejak Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu. Di Toko Sri Keraton batik dijual dengan harga antara Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu.

Anto, salah seorang pramuniaga Toko Rifqi menuturkan, belakangan batik asal China mulai membanjiri pasaran dalam negeri, termasuk Pasar Perumnas Klender. Namun menurutnya, batik impor asal China berkualitas rendah.
“Tapi walau begitu batik China dapat bersaing dengan batik lokal yang mutunya lebih baik, karena tidak banyak masyarakat kita yang paham tentang mutu batik,” urainya.

Masyarakat, lanjutnya, juga kerap tergiur membeli batik di supermarket. Padahal banyak di antara batik yang dijual di supermarket asal-usulnya sama dengan yang dijual di pasar tradisional. “Asalnya sama tapi harganya jauh lebih mahal di supermarket, kecuali merek-merek ternama,” tambah Anto.
Banjirnya batik impor asal China tidak membuat pabrik konveksi pemasok Toko Rifqi menurunkan mutu produksinya. “Kita berharap lama-lama masyarakat mengerti bahwa mutu batik dalam negeri sebenarnya lebih baik dari pada batik impor,” kata Anto.

Pedagang Pasar Lebih Suka Batik Lokal

Batik Sri Keraton juga tidak tergiur menjual batik impor asal China. Pemilik toko yang biasa disapa Pak Keraton mengatakan, batik Indonesia paling indah dilihat dibandingkan batik dari negara lain.
Keterangan serupa didapatkan dari sejumlah pedagang batik lainnya di Pasar Perumnas Klender. Hingga pertengahan Nopember kemarin, para pedagang masih menjual batik produksi dalam negeri. Mereka meyakini akhirnya masyarakat akan kembali memilih batik produksi lokal dibanding batik impor, karena mutu batik lokal lebih baik dan lebih kaya corak. 


 Nurhayati

No comments:

Post a Comment