Monday 20 February 2012

Belanja Ikan dan Unggas di Pasar Pusong Aceh

“Engkuet Kareng Ole-ole Garing dari Lhokseumawe”       



Dari Pasar tradisonal Pusong Lhokseumawe Aceh, cuaca panas yang sangat menyengat di siang hari bagai hendak membakar kulit. Pasar yang terletak di tepi pantai Pusong kecamatan Banda Sakti kota Lhokseumawe terlihat belum terlalu ramai, maklum saja aktifitas pasar yang mulai pada jam 07:00 pagi hari itu memang akan mulai diramaikan oleh para pedagang dan pembeli menjelang sore hari hinga menjelang maghrib. Ini dikarenakan para pembeli umumnya adalah para pegawai negeri sipil, TNI dan POLRI serta karyawan kantor di seputaran kota Lhokseumawe.
Di pasar Pusong ini tersedia semua kebutuhan pokok bagi masyarakat kota Lhokseumawe, khususnya ikan segar dan juga ikan asin. Pasar yang terletak di pemukiman nelayan, sehingga praktis kebanyakan dari para nelayan Posung usai lelah habis melaut langsung didatangi pembeli ikan dan sebagian para pengepul ikan untuk kembali dijual. Banyak juga para pengrajin rumahan atau home industry ikan, mereka menjemur ikan-ikan kecil hasil tangkapan yang dalam bahasa Aceh disebut engkuet kareng artinya ikan kering. Bila telah benar-benar kering, dapat mereka jual seharga 40.000/Kg.
Salah satu pengarjin ikan di pasar Pusong, Mardiah menuturkan pada Suarapasar mengaku sudah 8 tahun memulai usaha pembuatan ikan kering. Ikan-ikan kecil tersebut dibeli dari nelayan yang hampir setiap hari melaut di perairan Aceh utara. Mardiah senang karena harga ikan-ikan kecil relativ lebih murah, untuk kemudian ia mengolah dan menjualnya kembali. Bahkan Ibu yang sudah memiliki 4 orang anak ini mampu menyekolahkan putra putrinya hingga SMA. Dengan terus menekuni pekerjaannya, Mardiah pantang menyerah menggerakkan perkenomian rumahan walau telah ditinggal mati suaminya yang merupakan salah satu korban konflik Aceh.

Tidak saja dari dalam kota, para pembeli bahkan ada juga yang berdatangan dari luar kota, seperti dari Langsa, Binjai bahkan ke Medan, ikan-ikan Ibu Mardiah sampai ke para agen pasar dan akan mereka jual kembali. “Ada juga sebagian dari pembeli sengaja berbelanja lebih untuk oleh-oleh dari Aceh,” ujar Mardiah yang menyempatkan waktu untuk wawancara sejenak dengan Suarapasar.  Dan tidak terlalu jauh dari usaha janda beranak empat ini, terdapat beberapa meja pedagang yang mejajakan Unggas potong. Salah satunya Tengku Yunus, 36 tahun. Yunus yang mengaku sudah mulai berdagang di pasar Pusong sejak tahun 1996 mengatakan bahwa sekarang penjualan unggas jauh sekali berkurang, hal ini mempengaruhi ekonomi pedagang di pasar Pusong. “Tidak seperti seperti dulu lagi,” kata Yunus sembari menata dagangannya. Diungkapkannya sewaktu masih Exxon mobile menjalankan aktifitasnya, banyak karyawan Exxon yang sering berbelanja ikan-ikan segar di pasar Pusong ini sekalian juga mereka berbelanja kebutuhan lainnya di pasar ini.
“Saat ini harga unggas potong perkilogram ia jual seharga Rp.21.000, sedangkan untuk unggas kampung di sini dihargai per-ekor bukan per-kilo, tergantung kesepakan antara pembeli dan penjual,” kata Yunus. Ia lebih sering menjual unggas kampung dan bebek air, dibanding dengan penjulan unggas potong, atau ayam Eropa. Jika datang bulan Maulid maka permintan akan unggas sangat banyak, dan Ia siap menampung unggas dari luar Aceh, seperti dari Medan, Binjai, Pangkalan Brandan. Sudah menjadi tradisi di Aceh bila bulan maulid tiba, maka akan banyak sekali kenduri digelar di setiap gampong dan meunasah.
Seorang ibu berjilbab merah pembeli yang tengah menunggu unggasnya dibersihkan mengatakan kepada Suarapasar. “Disini saya biasa membeli karena yakin dengan Pak Yunus yang menyembelihnya terus dibakar bulu-bulu halusnya itu unggas pilihan saya, sambil saya bisa berbelanja kebutuhan yang lain.”
Pasar Pusong dulu merupakan salah satu pasar yang terkena tsunami akhir tahun 2004. Walaupun air naik hanya sekitar setengah meter saja di pasar, namun imbas dari kejadian tsunami yang sempat melanda sebagian kota Lhoseumawe, di permukiman nelayan cukup banyak merenggut korban jiwa. Namun pedagang sendiri mengaku tidak ada korban jiwa dari pedagang Pusong yang sempat menyelamatkan diri ke gunung, hanya barang barang dagangan banyak yang hanyut di telan gelombang pasang tsunami. Dari bincang-bincang dengan para pedagang, mereka berharap kepada Walikota ke depan yang akan memimpin Lhokseumawe agar memperhatikan nasib mereka pedagang pasar, dan sering-seringlah turun ke pasar yang saat ini nampak sepi dari pembeli, karena pengaruh juga dari hasil tangkapan para nelayan yang menurun drastis sehingga ikan-ikan yang di jual di pasar Pusong ini menurun baik kwalitas maupun kwantitas nya. (Putra Darus/mdb).
 

No comments:

Post a Comment